- DESAIN STRUKTURAL ORGANISASI FORMAL
Struktur organisasi formal disusun adalah untuk membantu pencapaian organisasi dengan lebih efektif. Organisasi formal harus memiliki tujuan atau sasaran, tanpa tujuan organisasi tidak mungkin membuat perencanaan, dan bila tidak memiliki perencanaan maka tak akan ada ketentuan tentang jalannya organisasi. Tujuan organisasi ini yaitu dengan menentukan seluruh tugas pekerjaan, hubungan antar tugas, batas wewenang dan tanggung jawab untuk menjalankan masing-masing tugas. Struktur organisasi formal mempunyai dua muka ; Pertama, model struktur, di mana kita dapat mempergunakan prinsip teori organisasi, dan Kedua, dimensi-dimensi dasar struktur yang akan menentukan kegiatan dan hubungan yang akan dilakukan dan tingkat spesialisasi yang dapat diberikan, sebelum membahas dua muka struktur ini, terlebih dahulu akan dibicarakan variable kunci yang menentukan desain struktural oraganisasi sebagi berikut :
1. Strategi dan Struktur
Hubungan erat antara strategi dan struktur organisasional pertama kali dijelaskan oleh Chandler dalam studinya pada beberapa perusahaan besar di Amerika. Setelah menganalisa sejarah perkembangan perusahaan seperti General Motors, Du Pont, Standar Oil, Sears dan Roebuck, menyimpulkan perubahan strategi mengakibatkan perubahan desain organisasional. Dia menyatakan bahwa “struktur mengikuti strategi”.
Dalam pemilihan strategi dan struktur untuk mengimplementasikan para manajer harus mempertimangkan pengaruh lingkungan eksternal terhadap organisasi. Hubungan antara strategi, struktur dan lingkungan dapat dipandang dari dua perspektif utama (lihat Gambar 5-1). Pandangan pertama organisasi adalah reaktif terhadap lingkungannya. Pandangan kedua organisasi adalah proaktif karena proses perumusan strategi mencakup penilaian lingkungan di mana oraganisasi akan beroperasi dalam jangka waktu yang lebih panjang.
2. Lingkungan Eksternal dan Struktur
Dalam pemahasan pengaruh lingkungan pada desain organisasaional secara terperinci kita perlu membedakan tiga tipe lingkungan sebagai berikut :
· Lingkungan stabil, yaitu lingkungan dengan sedikit atau tanpa perubahan yang tidak dipikirkan atau tiba-tiba. Ciri lingkungan ini antara lain, perubahan produk tidak sering terjadi, modifikasi dapat direncanakan dengan baik.
· Lingkungan berubah, yaitu lingkungan di mana inovasi mungkin terjadi dalam setiap atau semua bidang yang telah disebut di atas produk, pasar, hukum, atau teknologi.
· Lingkungan bergejolak, bila para pesaing melempar produk baru dan tak terduga ke pasaran, hukum sering diganti, kemajuan teknologi merubah secara drastik desain produk dan metoda produksi, organisasi ada dalam lingkungan bergejolak.
Setelah melakukan studi terhadap berbagai macam perusahaan, Burns dan Sulter mengemukakan bahwa sistem mekanistik adalah paling sesuai untuk lingkungan stabil, sedangkan sistem organik paling sesuai untuk lingkungan begejolak.
Sistem mekanistik berarti bahwa kegiatan organisasi diperinci menjadi tugas yang tepisah dan terspesialisasi. Dalam sistem organik individu lebih cenderum bekerja dalam suatu kelompok dari pada bekerja sendiri.
Penemuan Burns dan Stalker ini didukung dan diperluas oleh Paul R, Lawrence dan Jay W Lorsch. Mereka menggunakan derajat perbedaan dan integrasi untuk menganalisa hubungan organisasi dan lingkungan eksternal. Penemuan Lawrence dan Lorsch menyimpulkan bahwa perusahaan yang beroprasi dalam suatu lingkungan tidak stabil adalah paling tinggi “dibedakan”, sedangkan yang beroprasi dalam lingkungan stabil paling sedikit “dibedakan”.
3. Teknologi dan Struktur
Menurut Woodward, atas dasar hasil studinya, ada sejumlah hubungan antara proses teknologi dan struktur organisasi, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Semakin kompleks teknologi semakin besar jumlah manajer dan tingkatan manajemen.
2. Rentang manajemen para manajer lini pertama menigkatkan dari produksi unit ke massa dan kemudian turun dari produksi massa ke proses.
3. Semakin tinggi kompleksitas teknologi perusahaan, semakin besar jumlah staf administratif dan klerikal.
Arti penemuan ini adalah bahwa untuk setiap tipe teknologi ada aspek-aspek struktur organisasi spesifik yang berkaitan dengan pelaksanaan kerja yang lebih berhasil. Dengan kata lain, perusahaan yang ingin sukses harus mempunyai struktur yang lebih sesuai dengan tingkat teknologinya.
4. Orang dan Struktur
Kita akan membahas topik ini dengan pengertian dua kategori yang dalam organisasi :
- Para manajer
- Karyawan pada umumnya
Manajer dan struktur, nilai-nilai manajerial merupakan faktor paling penting dalam penentuan strategi organisasi. Para manajer organisasi terutama pada manajer puncak (direktur) mempengaruhi pemilihan strategi secara langsung melalui preferensi mereka. Selanjutnya stratefi ini akan mempengaruhi tipe struktur yang digunakan dalam organisasi. Berbagai pengaruh penting lainnya pada struktur dapat berasal dari sikap pribadi manajer terhadap wewenang, perhatian atau ketidakpastian terhadap formalitas, dan pengalaman masa lalu (positif atau negatif) dengan tipe desain organisasi.
Karyawan dan struktur. Faktor-faktor seperti tingkat pendidikan, latar belakang, derajat minat pada pekerjaan para karyawan, dan ketersedian berbagai alternatif di luar organisasi merupakan penentu penting struktur organisasi.
5. Proses Desain Organisasi
Dalam teori, proses desain organisasi dapat di mulai dari bawah ke atas (bottom up) atau dari atas ke bawah (top down). Dengan prosedur ke atas ke bawah, tujuan organisasional umum diterjemahkan menjadi tujuan khusus sebagai sarana pencapaian hasil akhir yang diinginkan. Tujuan ini kemudian menjadi dasar dengan mana serangkaian departemen dapat diorganisasi.
Dengan pendekatan bawah ke atas, proses dasar organisasi akan ditetapkan terlebih dulu, di mana hal ini berarti merumuskan dan menentukan secara simultan teknologi inti yang digunakan. Setelah itu, posisi untuk mengoprasikan proses tersebut dirumuskan, dan kebutuhan akan struktur awal mulai muncul posisi manajerial tingkatan bawah dibutuhkan, untuk menkoordinasikan kegiatan, dan ini selanjutnya memerlukan koordinasi oleh tingkatan lebih atas bila proses adalah kompleks.
6. Pendekatan Kontigensi dalam Desain Orgaisasi
Tidak ada suatu cara desain yang “ampuh” untuk segala kondisi. Struktur yang paling cocok agi organisasi sangat tergantung pada keadaan tertentu organisasi pada waktu tertentu. Manajer harus memperhatikan variable-variable pokok yang mempengaruhi perancangan struktur organisasinya. Jadi, menurut pendekatan kontigensi, tugas manajer dalam desain organisasi adalah menetapkan suatu “kesesuaian” efektif antara struktur organisasi dan variable-variable.
- MODEL-MODEL STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi merupakan perwujudan yang menunjukna hubungan diantara fungsi dalam suatu organisasi serta wewenang dan tanggung jawab setiap anggota organisasi yang menjalankan masing-masing tugasnya. Para manajer diharapkan dapat menentukan perilaku para anggota organisasi untuk menepatkannya pada suatu posisi dalam struktur suatu posisi yang menetapkan siapa “boss” nya yang di “harus” kan dan siapa bawahan yang di “anggap” nya. Berikut ini akan dibahas tiga model struktur organisasi yang dikenal sebagai berikut :
1. Model Tradisional
Bentuk umum model struktur tradisional secara esensial adalah poramid. Gambar 5-3 menunjukkan suatu kombinasi hirarkis sebagai modul yang didasarkan pada konsep-konsep desain organisasi tradisional. Masing-masing tingkatan hirarkis menggambarkan segmen struktur (satuan kerja, departemen, divisi, bagian dan sebagainya) dan hubungan pekerjaan atasan bawahan.
Bentuk umum struktur organisasi tradisional ini akan berbeda untuk jenis operasi perusahaan yang berbeda pula. Struktur tradisional yang padat-karya atau labor-intensive (misal, kantor pos atau lini perakitan) akan bentuk piramid. Karena banyaknya posisi operatif tingkat bawah. Struktur tradisional yang padat modal atau capital-intentive (misal, parik kimiawi, kilang minyak atau fasilitas produksi yang otomatis) mungkin hanya mempunyai sedikit posisi tingkat bawah, sehingga struktur akan lebih menyerupai intan atau permata dari pada piramid.
Organisasi Tradisional dan Lingkungannya. Struktur tradisional dirancang terutama untuk lingkungan uang stabil dan perubahan yang terjadi didalamnya dapat diperkirakan. Organisasi seperti ini edisien atau tidak tergantung paling tidak dua faktor :
· Jumlah energi organisasional total yang diperlukan untuk menjaga struktur dalam menghadapi, tekanan-tekanan internal dan eksternal.
· Derajat penggunaan kemampuan berbagai sumber daya oleh struktur yang mencakup kemampuan semua anggotanya.
2. Model Hubungan Manusiawi
Model hubungan manusiawi secara eksplisit mengakui bahwa orang tidaklah selalu bertindak persis segaris dengan posisi dan hubungan menurut sturktur formalnya. Hal ini mengundang perhatian manajemen akan adanya “stukrtur informal” yang ada di seluruh elemen organisasi. Ini menunjukkan bahwa keanggotaan yang dianggap berasal dari status, bentuk ikatan dan hubungan, serta bahkan pengawasan prilaku orang per orang masih terlepas dari penjabaran deskripsi posisi formalnya.
Walaupun model hubungan manusiawi mengungkap ketidaksempurnaan itu, tetapi struktur hubungan manusiawi tidak menyarankan struktur formalnya dimodifikasi. Model ini lebih mengusulkan bermacam penyesuaian, teknik dan prilaku struktural “offline”.
Pertama, dan yang paling penting, model hubungan manusiawi “mempersilahkan” para manajer untuk mempergunakan kemampuan kepemimpinannya untuk mengurangi friksi-friksi diantara orang-orang dan jabatan-jabatan mereka dalam organisasi, serta mengembangkan hubungan kerjasama yang baik antara para anggota organisasi yang bertanggung jawab kepadanya. Manajer dituntut untuk bersikap hangat, selalu memberi dorongan/semangat, mendengarkan keluhan-keluhan dan berusaha untuk memecahkan atau menghilangkan sumber-sumber konflik, dan hal ini harus dilakukan tanpa merusak sistem keseluruhan.
Kedua, pendekatan hubungan manusiawi menyarankan manajer memanfaatkan organisasi informal dalam departemennya yang menunjukkan bahwa ia memberikan tanggapan kooperatif dan bukannya malah menentang. Manajer disarankan untuk mengenal dan menaruh kepercayaan pada pemimpin informal, memanfaatkan saluran komunikasi informal, memelihara hubungan perorangan yang mungkin terbentuk di antara para bawahannya.
Ketiga, pendekatan hubungan manusiawi ditunjukkan dengan sejumlah teknik atau program yang biasanya di bawah yurisdiksi atau wewenangan departemen personalia, yang dirancang untuk melayani kebutuhan seluruh anggota organisasi. Sebagai contoh, sistem “anjuran” sering digunakan sebagai ala pemberi kesempatan kepada para anggota untuk merasa berpartisipasi dengan jalannya organisasi.
Organisasi hubungan manusiawi dan lingkungannya. Teori hubungan manusiawi tidak menolak secara mendasar bentuk seperti “mesin” pada struktur tradisioanal. Pemikirannya ditunjukan terutama pada proses penyediaan minyak pelumas pada mesin tersebut, yaitu bagaimana “meminyaki” terjadinya friksi-friksi di antara orang-orang dan kelompok-kelompok. Secara ringkas, inti konsep hubungan manusiawi tidak berurusan langsung dengan struktur organisasi. Struktur diterima sebagai sesuatu pemberian yang sudah tertentu suatu lingkungan di mana di dalamnya nampak sikap dan prilaku antara pribadi.
3. Model Sumber Daya Manusiawi
Implikasi model sumber daya manusia pada struktur organisasi, walaupun abstak, adalah jelas. Model ini berpendapat bahwa pada hakekatnya manusia mempunyai kemampuan untuk mempelajari pengarahan dan pengendalian diri lebih kreatif dari pada pekerjaan mereka sekarang, dan bahwa tugas manajer adalah menciptakan suatu lingkungan di mana mereka dapat meningkatkan sumbangan kapasitasnya pada organisasi. Jadi implikasi utama adalah bahwa manajemen harus merancang suatu struktur yang berlawanan dengan hirarki tradisional. Konsep model sumber daya manusia ini mencoba memaksimumkan fleksibilitas baik dalam maupun di antara posisi yang berinteraksi. Hal ini mengharuskan anggota organisasi mempunyai :
1. Suatu tujuan tingkat operasional yang telah disetujui bersama.
2. Jalur untuk memperoleh sumber informasi vertikal dan horizontal yang relevan.
3. Kemampuan untuk memberikan tanggapan terhadap informasi dengan keputusan dan prilaku yang mengarah pencapaian tujuan dengan efisien.
- DIMENSI-DIMENSI DASAR STRUKTUR ORGANISASI
1. Pembagian kerja
Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa pembagian kerja akan mempengaruhi tingakat prestasi organiasasi melalui minimisasi ketergantungan pada individu tertentu atau keterampilan khusus, dan gerakan atau perpindahan yang percuma komponen pekerja besar. Pembagian kerja juga mengarahkan penanaman pada peralatan dan mesin mesin yang efisien untuk meningkatkan produktifitas.
2. Berbagai fungsi yang melekat pada struktur organisasi
Kegiatan-kegiatan dan hubungan-hubungan sebagai fungsi –fungsi struktural yang terjadi secara garis besar dapat diperinci sebagai berikut :
Wewenang (authority), arti wewenang adalah hak melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu. Wewenang merupakan kunci jabatan manajerial.
Kekuasaan (power), sering dicampur adukan dengan wewenang. Walaupun kekuasaan dan wewenang sering ditemui bersama, tetapi keduanya berbeda. Bila wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu, kekuasaan adalah kemampuan untuk melakukan hak tersebut. Wewenang tanpa kekuasaan atau kekuasaan tanpa wewenang akan menyebabkan konflik dalam organiasi. Oleh sebab itu manajer di semua tingkat harus memberikan wewenang yang seimbang dengan kekuasaan kepada bawahannya.
Tanggung jawab (responsibility), adalah kewajiban untuk melakukan sesuatu. Dalam organiasisi, tanggung jawab adalah kewajiban seseorang untuk melaksanakan tugas atau fungsi organisasi.
Akuntabilitas (accountability), tidak seperti tanggung jawab, adalah faktor di luar individu dan perasaan priadinya. Bila seseorang manajer menghendaki pertanggungjawaban untuk suatu kegiatan yang dilakukan bawahan dapat dikatakan akuntabilitas terjadi.
Komunikasi dalam organisasi. Dalam organisasi formal, arus informasi mengalir secara khusus. Struktur organisasi diharapkan dapat menjadi alat utama bagi komunikasi formal ini. Komunikasi seperti perintah, permintaan akan suatu informasi, dan penerangan tentang keputusan manajemen sering mengalir dari atas ke bawah melalui struktur tingakatan organisasi.
Hubungan lini dan staff. Masih berhubugan dengan konsep wewenang dikenal apa yang disebut lini dan staff. Keduanya ini merupakan pendekatan yang berbeda untuk menentukan deskripsi wewenang dalam organisasi.
Rentang kendali, yang dimaksud rentang kendali atau pengawasan (span of control) adalah beberapa orang jumlah bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh seorang manajer atau atasan. Rentang kendali sering disebut dengan istilah span of supervision, span of authority, span of management dan span of attention.
Pendapat rentang kendali yang paling kuat justru berdasar dari teori dan bukan praktek. V.A. Graicunas, seorang konsultan dan ahli matematika Prancis, menemukan rumusan rentang kendali berikut ini :
R adalah jumlah hubungan, n adalah jumlah bawahan
Menurut rumusan ini, bila ada dua orang bawahan maka tentunya ada enam hubungan ; bila ada lima bawahan maka ada seratus hubungan ; bila ada sepuluh bawahan maka ada lima ribu dua ratus sepuluh bilangan (5210) hubungan. Rumusan yang lebih bersifat kuantitatif ini memang amat teoritis.
Struktur flat dan tall. Dalam analisis organisasi, istilah flat (datar) dan tall (tinggi) digunakan untuk menggambarkan pola menyeluruh rentang kendali dan tingkatan manajemen. Penganalisis struktur flat dan tall hendaklah memperhatikan berbagai faktor seperti kebutuhan kontak antara atasan dan bawahan, komunikasi ke atas dan ke bawah, pengendalian lebih ketat atau pengendalian diri, inisiatif pribadi dan sebagainya.
Sentralisasi dan desentralisasi. Bila wewenang didelegasikan atau dilimpahkan meluas dalam suatu organiasasi, desentralisasi wewenang terjadi. Sebaliknya dalam organisasi di mana wewenang dipegang atau dipusatkan pada seseorang atau beberapa orang, kondisi sentralisasi wewenang tampak.
Rantai wewenang skalar. Karena keseluruhan kegiatan organisasi dibagi-bagi dan dikelompokkan atas dasar fungsi, produk, wilayah dan sebagainya, dan karena adanya saling ketergantungan diantaranya, maka kegiatan tersebut harus diintegrasikan.
Kesatuan perintah. Satu aspek dasar struktur organiasasi lainnya (implisit dalam rantai skalar) adalah “satu orang, satu atasan”. Ini berarti bahwa seorang bawahan hendaknya hanya menerima instruksi dari sumber tunggal.
3. Departementasi
Departementasi atau departementalisasi bersangkutan dengan proses penentuan cara pengelompokan kegiatan organisasi. Departemenasi mencerminkan organisasi horizontal pada setiap tingkat hirarki, dan hubungan erat dengan prinsip spesialisasi klasik.
Secara tradisional, proses, maksud, orang atau barang, dan tempat dipakai sebagai dasar departementasi. Dengan istilah yang lebih modern, “produk” lebih banyak digunakan untuk menggantikan istilah “maksud”, “fungsional” menggantikan “proses”, dan “wilayah” atau “geografis” menggantikan “tempat”. Departementasi yang lebih khusus, secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Waktu dapat dibagi menjadi shift pertama, kedua dan ketiga.
2. Pelayanan (service) yang mungkin mencerminkan kelas pertama, kedua, dan rutin dalam suatu kapal pesiar.
3. Langganan dapat terdiri dari departemen penjualan industri, pedagang eceran, pemerintah, militer dan konsumen akhir.
4. Peralatan dapat diperinci, misal di dalam kelompok produksi, menjadi departemen pemotongan, perakitan dan pembungkusan.
5. Urutan angka (alpha – numerical) dapat digunakan dalam pelayanan telephone di mana nomor-nomor 0000 – 5000 ditempatkan dalam satu departemen dan nomor-nomor 5001 – 9999 dalam departemen lain.
Departementasi Fungisional. Pendekatan fungsional untuk mengelompokan kegiatan oraganisasi ini mungkin merupakan tipe departementasi yang paling umum dan luas digunakan dalam merancang struktur organisasi. Kebaikan utama departementasi fungsional adalah berkaitan dengan aspek positif spesialisasi. Secara teoritis, fungsionalisme akan meningkatkan efisiensi dan memungkinkan pemanfaatan karyawan dalam peralatan paling ekonomis.
Departementasi produk. Dengan berkembangnya organisasi formal departementasi fungsional menjadi semakin sulit dan tidak praktis lagi. Dalam hal ini, manajemen dapat membentuk divisi-divisi setengah otonom, yang masing-masing meran merancang, memproduksi dan memasarkan sendiri produknya. Setiap produk atau lini produk dikelola oleh seorang manajer yang bertanggung jawab kepada direktur organisasi.
Perusahaan contoh dalam gambar diorganisasi di atas dasar produk pada tingkat wakil direktur. Pada tingkat selanjutnya mempergunakan departementasi fungsional
Departementasi wilayah. Bila organisasi beroprasi di wilayah yang tesebar, maka departementasi atas dasar wilayah akan diperlukan. Kegiatan pemasaran yang beroprasi di bnayak daerah dalam suatu negara sering dibagi menjadi kelompok wilayah dengan manajer pemasaran tersendiri (area manajer) untuk setiap lokasi.
Tipe organisasi divisional ini mempunyai berbagai kebaikan dan kelemahan. Kebaikan antara lain :
1. Pengambilan keputusan leih cepat dan dengan kemungkinan kualitas lebih baik.
2. Koordinasi tugas lebih mudah dilaksanakan, karena ada pemusatan kegiatan.
3. Beban manajemen pusat menjadi lebih ringan, karena ada pendelegasian wewenang.
4. Pertanggung jawaban lebih jelas.
Kelemahan antara lain :
1. Kepentingan seluruh organisasi kurang diperhatikan, karena kepentingan terpusat pada ukuran prestasi divisi.
2. Meningkatnya biaya operasional organisasi, kerena cenderung terjadinya kelebihan staff, duplikasi sumber daya dan peralatan.
3. Mempersulit alokasi sumber daya dan konsistensi kebijakan.
- DESAIN STRUKTURAL MODERN
1. Organisasi proyek
Organisasi proyek semakin banyak digunakan dalam industri dengan teknologi tinggi yang memerlukan perhatian besar terhadap perencanaan, penelitian dan pengembangan dan koordinasi. Karakteristik terpenting organisasi proyek, dan perbedaan paling radikal dengan struktur organisasi klasik, adalah adanya hubungan horizontal dan diagonal. Berbagai proyek (besar atau kecil dan penting atau tidak) selalu dikerjakan dalam suatu organisasi. Sebagai contoh : proyek pengembangan produk baru, proyek peluasan bangunan pabrik, survei pasar dan lainnya.
2. Berbagai tipe struktur proyek
Ada beberepa macam bentuk struktur proyek :
· Pertama adalah organiasasi proyek Individual. Struktur ini hanya terdiri dari manajer proyek, tidak punya kegiatan atau personalia yang secara langsung melapor kepadanya.
· Kedua adalah organisasi pryek staff. Manajer proyek mempunyai staff pendukung yang disediakan bagi kegiatan proyek, tetapi tugas fungsional pokok organisasi dilaksanakan oleh departemen lini tradisional.
· Ketiga adalah organisasi proyek Intermix, di mana di dalamnya manajer proyek mempunyai personalia staff dan dipilih kepala fungsional utama melapor secara langsung kepadanya.
· Keempat disebut organisasi proyek agregat, manajer proyek punya semua peronalia yang deperlukan untuk proyek, staff da lini fungsional yang melapor secara langsung kepadanya.
3. Organisasi matriks
Bila struktur proyek dilapiskan diatas struktur fungsional, hasilnya adalah sebuah matriks. Kadang organisasi matriks (matriks organization) dianggap sebagai suatu bentuk organisasi proyek plus organisasi fungsional dan namanya digunakan dengan saling dapat dipertukarkan.
Organisasi matriks sangat terkenal dalam industri ruang angkasa dan organisasi yang memerlukan koordinasi karena banyaknya hubungan yang terjadi atau yang memerlukan prestasi teknis tinggi, seperti perusahaan kontraktor, lembaga konsultasi, serta penelitian dan pengembangan. Bentuk organisasi matriks ini akan sangat bermanfaat bila :
· Kegiatan mempunyai waktu penyelesaian yang terbatas dan skedul waktu harus ditepati.
· Pengendalian biaya merupakan faktor kritis.
· Banyak ketrampilan atau keahlian khusus yang membutuhkan koordinasi bagi penyelesaian proyek.
· Kegiatan yang dilakukan banyak yang baru dan belum dikenal para anggota tim proyek.
4. Organisasi bentuk bebas
Tipe organisasi yang berhubungan erat dengan model proyek dan matriks adalah struktur organisasi modern bentuk bebas (free – from – organizatin), kadang disebut naturalistik atau organik. Model bentuk – bebeas didasarkan pada pemikiran bahwa maksud dirancangnya suatu organisasi adalah untuk memudahkan manajemen perubahan. Untuk mencapai sasaran ini, desain struktural seharusnya sangat fleksibel dan berdaya sesuai (adaptable). Tidak ada aturan yang ditentukan atau berifat kaku, dan struktur internal tidak dibiarkan menjadi baku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar