Moving Words - http://www.quakemaker.com

Rabu, 11 Mei 2011

BILA SAYA MENJADI PEMIMPIN

Ehhmmm bicara menjadi pemimpin pastilah semua manusia menginginkannya apalagi menjadi pemimpin di suatu perusahaan besar. Tapi apakah mampu menjalaninya?? Tak semudah yang kita pikirkan hanya menginginkannya saja belum tentu bisa menjalankannya. Banyak hal-hal yang perlu diperhatikannya. Oleh sebab itu di sini saya ingin menjelaskan hal apa saja yang harus dimiliki seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin yang berkualitas baik, berikut uraian yang saya buat :

A.Menyikapi konflik yang terjadi
Solusi konflik akan mudah direncanakan jika kita punya pandangan yang benar mengenai akar konflik itu. Karena itu, langkah awal terpenting adalah memahami dasar pertengkaran yang nyaris abadi dan berpotensi membawa-bawa stres pulang ke rumah. Kan ini bisa membuat suasana di rumah menjadi kurang nyaman, sampai tidak nafsu makan. Gawat. Jika terjadi perselisihan dengan bos, penyebabnya bisa mulai dari kemarahan kecil sampai beban emosional. Tetapi ilmu manajemen mengajarkan, bahwa untuk setiap jenis konflik pasti ada sebuah solusi konflik. Delapan jenis pencetus konflik berikut pemecahannya dapat disimak di sini.

Pencetus Pertama
Atasan terlalu kasar dalam berucap pada anak buah. Bicaranya keras dan membuat runtuh motivasi para karyawan. Ucapannya negatif dan hampir pasti ada nuansa cercaan di sana. Jangan lagi ditanya adanya hujan lokal (air ludah). Suasana kerja jadi kurang nyaman. Bagaimana baiknya reaksi yang tepat menghadapi bos semacam ini?
Tindakan salah: Anda curhat pada sesama rekan dalam tim. Anda tidak berani konfrontasi langsung dengan atasan, karena kuatir ada tindakan yang merugikan kantor anda.
Tindakan benar: Diskusikan dengan rekan dalam tim, feedback apa yang sepatutnya diperoleh sang atasan yang sok jagoan itu. Pilih 2 rekan kerja yang bersama Anda mewakili seluruh tim untuk berbicara baik-baik dengan atasan. Jabarkan secara netral satu atau dua hal negatif. Tunjukkan pada atasan, akibat apa saja yang dialami tim karena perbuatannya. Beritahukan secara gamblang, apa yang sebetulnya diinginkan tim.
Seandainya langkah ini tidak menampakkan hasil, upayakan menemui atasannya (satu tingkat di atasnya) langsung.

Pencetus Kedua
Ada satu atau dua anak buah yang mengacuhkan atasan karena sang atasan dianggap tidak layak jadi pemimpin. Melihat ini, Anda beranggapan bahwa atasan Anda terlalu bodoh
dan tidak habis pikir, bagaimana bisa dia jadi pimpinan tim.
Tindakan salah: Anda menganggap seolah dia tidak ada dan masa bodoh dengan semua keputusan dan perintahnya sebagai atasan.
Tindakan benar: Anda harus menghormati dia sebagai atasan dan serius menanggapi perintah dan/atau petunjuk yang dia berikan. Penilaian soal layak tidaknya ia memimpin ada di tangan pimpinannya, bukan pada Anda. Jika ia benar-benar tidak layak memimpin, pasti suatu saat akan diketahui pimpinan yang lebih tinggi.

B.Cara memotivasi karyawan agar giat bekerja
Mungkin asnda masih sering bermasalah dengan kinerja karyawan. Sebagai pemimpin sudah pasti anda menginginkan karyawan anda memiliki kinerja kerja yang tinggi. Nyatanya antara keinginan dan fakta tidaklah sama. Selalu ada masalah yang harus dihadapi. Mengapa motivasi kerja selalu menjadi persoaalan???
Membahas motivasi kerja karyawan, maka hal ini terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya yaitu ketidakjelasan peran, rendahnya kompetensi, lingkungan kerja dan kurangnya penghargaan.
1.Kejelasan peran karyawan
Semakin jelas dan terinternalisasinya uraian peran di kalangan keryawan dan pemimpin cenderung semakin kecilnya peluang terjadinya penyimpangan kerja. Sebaliknya, ketidakjelasan peran karyawan, akan memyebabkan motivasi kinerjanya menurun, bahkan hilang sama sekali.
2.Kompetensi karyawan
Kompetensi terbagi dua :
- Kompetensi keras berupa pengetahuan dan keterampilan
- Kompetensi lunak (soft skills), berupa sikap, etos kerja, motivasi, prakarsa, kreatifitas dan empati.
Semakin tinggi derajat kompetensi karyawan semakin tinggi juga motivasi kinerja yang dimilikinya.
3.Lingkungan kerja
Lingkungan kerja teragi menjadi :
-Lingkungan fisik berupa fasilits kerja termasuk peralatan kerja, ruangan, kursi dan meja, listrik, pendingin ruangan, kebisingan yang rendah dan alat pengamanan.
-Non fisik berupa gaya kepemimpinan seorang pemimpin yang partisipatif, kompensasi, mutu hubungan vertikal dan horixontal seperti kebersamaan serta lingkungan sosial.
Semakin nyaman lingkungan kerja, semakin tinggi motivasi kinerja karyawannya.
4.Penghargaan
Setia manusia membutuhkan penghargaan dari orang lain. Dalam idang pekerjaan, penghargaan yang diutuhkan karywan berbentuk kompensasi finansial dan non finansial. Kompensasi dapat berupa gaji, upah , insentif dan bonus.
Kompensasi non finansial bisa berupa jenjang karir, piagam penghargaan prestasi, dan ucapan terima kasih. Penghargaan adalah unsur vital dalam membangun motivasi kerja dan kepuasan karyawan. Motivasi kinerja karyawan juga sangat terkait dengan faktor-faktor kompetensi organisasi, skala atau ukuran usaha organisasi, karakteristik perusahaan sebagai organisasi pembelajaran , karakteristik karyawan, jenis pekerjaan, budaya organisasi, dan gaya kepemimpinan manajer dalam organisasi.
Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi cenderung beragam dan sangat situasional sesuai dengan kondisi perusahaan atau organisasi masing-masing.

C.Gaya kepemimpinan yang efektif yang di terapkan
Beberapa teknik kepemimpinan mungkin terdengar manipulatif, seorang pemimpin yang bijaksana mengetahui hasil terbaik datang dari orang yang memberikan dukungan mereka secara sukarela. Banyak orang tentu ingin mengikuti seorang pemimpin yang baik. Setelah bertemu dengan pemimpin yang efektif, mereka merasa terhibur, terinspirasi, bahkan termotivasi untuk bekerja mencapai tujuan bersama. Para pemimpin yang efektif memang membuat orang lain merasa baik tentang diri sendiri maupun pekerjaan yang mereka lakukan. Pemimpin memiliki visi dan misi. Serta, dapat berkomunikasi kepada orang lain dengan cara yang membuat orang ingin menjadi bagian dari itu. Satu hal lagi, seorang pemimpin yang baik biasanya tidak mengomunikasikan gambaran besar. Dengan demikian, setiap karyawan dapat melihat cara ia memainkan peran tertentu membuat kontribusi terhadap hasil akhir. Ketika seseorang memahami mengapa pekerjaan yang lain mungkin dianggap remeh adalah penting, orang itu akan cenderung lebih berkomitmen baik dan lebih produktif.Orang juga cenderung mengikuti pemimpin yang mereka lihat sebagai model peran positif. Jika seorang pemimpin menunjukkan kepercayaan yang kuat pada sesuatu, itu mengilhami orang lain untuk bekerja menuju visi pemimpin. Bahkan, ketika kondisi perusahaan di ambang kebangkrutan.
Namun, sebagian pemimpin merasa cara untuk mendapatkan dukungan dari orang lain adalah dengan memberitahu mereka tentang suatu situasi yang suram. Boleh jadi, ia berharap akan membuat mereka ingin membantu membalikkan keadaan. Sebaliknya, ada orang yang justru menginspirasi orang untuk mulai mencari pekerjaan lain, ketimbang bekerja untuk memperbaiki situasi pekerjaan mereka. Bila Anda memiliki kecenderungan menjadi negatif, tapi ingin mengilhami orang lain untuk mendukung Anda dalam mencapai tujuan, sebaiknya fokus pada pencarian solusi alternatif.
Jika Rencana A tidak bekerja, maka Anda harus tegar menghadapinya dan bersiap dengan Rencana B. Bila perlu, Rencana C telah dipersiapkan. Dengan sikap itulah, Anda akan menarik orang-orang yang akan mendukung dalam mencapai tujuan Anda. Selain mengomunikasikan visinya, pemimpin yang baik tahu bahwa para bawahan perlu juga mengungkapkan keinginannya, sehingga mereka dapat bekerja ekstra. Mereka juga memahami bahwa orang yang berbeda termotivasi oleh hal yang berbeda. Untuk karyawan yang termotivasi oleh kebutuhan untuk berprestasi, pemimpin menjelaskan secara rinci tugas tersebut. Serta, menawarkan kesempatan untuk mengambil tujuan yang menantang tapi dapat dicapai. Nah, mereka yang memiliki keinginan memimpin diberi tahu bahwa partisipasi mereka dapat membawa prestise dan membuka kesempatan lebih besar. Sementara, karyawan yang termotivasi oleh afiliasi perlu mengetahui bahwa mereka akan menjadi bagian dari sebuah tim yang bekerja bersama-sama. Para pemimpin yang efektif juga menggunakan teknik untuk mengomunikasikan keyakinan mereka bahwa setiap anggota tim adalah penting. Termasuk, mengingat dan menggunakan nama-nama pilihan populis. Misalnya, bukan "Rick" jika seseorang lebih suka dipanggil "Richard". Para pemimpin yang baik akan memperkenalkan karyawan dengan nama, bukan jabatan. Mereka merujuk kepada karyawan sebagai anggota tim, asosiasi, atau rekan. Mereka pun tidak pernah menyebut karyawan sebagai bawahan dan tidak membuat perbedaan antara staf penting dan tidak penting, atau karyawan profesional dan nonprofesional. Kata-kata memang memiliki kekuatan, termasuk kekuatan untuk membuat orang merasa baik atau tidak penting bagi keberhasilan organisasi. Para pemimpin yang baik percaya bahwa setiap orang adalah bagian dari tim dan memupuk terus kondisi kondusif, sehingga semua orang merasa penting. Tak mengherankan, bila para pemimpin sejati kemudian mendulang semua dukungan yang dibutuhkan untuk membantu mencapai tujuan mereka. Jadi, Anda termasuk pemimpin sejati atau bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar