Moving Words - http://www.quakemaker.com

Senin, 12 Maret 2012

KERAGAMAN BUDAYA DARI PELOSOK TANAH AIR BISA DAPAT

Dua tahun terakhir, produk kerajinan adat terpencil, terutama dari Kalimantan Timur, bisa di pesan melalui Komunitas Adat Terpencil (KAT) Center, Kementerian Sosial di Jakarta. Seperti topi Seraung khas Kalimantan bisa dipesan dengan harga Rp 45.000 hingga Rp 150.000. Topi berhias manik-manik ini ditawarkan dalam berbagai bentuk dan warna. Perempuan Dayak biasanya mengayak topi seraung untuk dipakai sebagai penutup kepala ketika ke hutan dan digunakan pada upacara adat. Kini, topi seraung pun dihadirkan sebagai hiasan dinding karena keelokan motifnya.


Bagian dalam topi seraung terbuat dari anyaman daun kering yang kemudian dijahit dengan tangan. Lingkaran topi di perkokoh dengan lidi dari daun kelapa. Bagian permukaan topi kemudian dilapisi potongan kain warna-warni sebelum diperindah dengan hiasan manik-manik. Manik-manik biasanya dirangakai menjadi motif-motif sulusr khas Dayak.

Sabagai perajin topi seraung juga menambahkan hiasan sulaman tangan pada permukaan topi. Warna topi seraung selalu mencolok, seperti daun warna hijau, kuning, orange hingga merah dan biru . Warna-warni topi seraung semakin marak ketika dipadukan dengan kilau aneka warna manik-manik.

Neneng Tresnawati seorang Kepala Seksi Penggalian Potensi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil “ Kami tidak menjual, hanya menjembatani pemasaran antara dunia bisnis dan perajin di suku terpencil. Perajin sering tidak sadar bahwa produk mereka punya nilai jual yang tinggi”.

Hiasan manik-manik sejatinya memang lekat dengan kehidupan sehari-hari suku terpencil di Kalimantan. Selain topi Seraung, hiasan manik-manik juga digunakan untuk menghiasa usana adat hingga dirangkai menjadi kalung dan gelang.

Busana adat Dayak berhias manik-manik yang dipajang di KAT Center tak hanya berbahan kain, ada juga berbahan kulit kayu. Keelokan perempuan dayak semakin kentara dengan paduan busana adat, aneka gelang dan kalung manik-manik. Pria Dayak makin gagah menyandang tameng dan tombak.

Hiasana kalung manik-manik dengan bandul gigi binatang tiruan bisa dipesan di KAT Center dengan harga sekitar Rp 200.000. Alat tradisional lain yang dilapisi haiasan manik adalah gendongan anak hanya diproduksi oleh masyarakat suku Dayak Kenya. Gendongan terbuat dari kayu yang dilapisi ukiran atau sulaman manik-manik dan uang logam.

Suku Dani dan Asmat
Kat Center juga sering memamerkan artefak dan barang kuno dari suku terpencil. Tengkorak asli kepala suku Dani dari Papua menjadi karya unggulan setiap kali pameran digelar.

Peralatan rumah tangga suku terpencil tak kalah menarik untuk dilirik. Peralatan dapur seperti piring dan sendok dari Nusa Tenggara Timur, tampak cantik karena semua terbuat dari kayu. Ada pula cangkir dan teko seluruhnya terbuat dari kayu bulian asal Kalimantan Barat. Gendongan bayi dari kayu yang diuat suku Dayak Kalimantan Timur juga tak kalah cantik.

Ignasius seorang pengukir kayu dari suku Asmat di Papua, mengatakan, perajin daerah terpencil seperti Asmat memang terkendala pemasaran, padahal tanah Papua sangat kaya dengan aneka ukiran kayu yang terinspirasi dari alam. “Kami terkendala transportasi untuk memasarkan produk”.

Menurut Ignasius, suku Asmat terlahir seagai seorang pengukir patung. Anak-anak hingga orang tua Asmat bisa memahat aneka bentuk makhluk hidup tanpa terlebih dahulu membuat pola atau mencontoh gambar. Mereka hanya membutuhkan bahan baku berupa kayu besi atau kayu putih.

Ukiran sangat unik dan biasanya meyerupai patung karakter makhluk hidup yang diuat bersusun hingga maksimal lima lapis. Tak hanya patung manusia, pengukir kayu asmat juga membuat patung berwujud binatang seperti burung, ikan dan biawak. Agar lebih menarik patung diahiasai bulu atau ijuk.

Tiap patung iasanya membutuhkan waktu pengerjaan hingga satu pekan. Karena murni buatan tangan, setiap patung memiliki ciri khas masing-masing dan tak memiliki kembaran. Selain ukiran kaya, perajin dari suku asmat membuat tas anyaman dari daun sagu hingga aksesoris, seperti gelang dari burung kaswari.

Selama ini suku Asmat hanya mampu menjual produk patung mereka di provinsi Papua rentang harga jual juta kata Ignasius. Kehadiran KAT Center di Jakarta, menjadi salah satu jembatan bagi pemasaran prosuk dari suku Asmat.

Terbuka Untuk Umum
Ruang pamer KAT Center di lantai I Gedung Kementerian Sosial ini terbuka untuk umum pada jam kerja. Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil telah memberdayakan suku terpencil di 2.971 lokasi di Tanah Air. Sebanyak 27 provinsi di Indonesia masih digolongkan sebagai daerah yang memiliki komunitas adat terpencil.

Kekayaan komunitas adat terpencil inilah yang bisa dengan mudah kita lihat di KAT Center. “Kami ingin menghimpun dan memperlihatkan keragaman kebudayaan dan alat keseharian dari suku-suku terpencil yang selama ini belu dikenal oleh dunia bisnis”, kata Neneng.



Sumber : Koran kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar